Isi Talkshow FIB UNS, Anggota DPRD Solo: Mahasiswa Harus Melek Politik
Sabtu, 29 April 2023 | 10. 24 WIB
Oleh : Dalfa Syamsiyah / Sastra Indonesia
Ginda
Ferachtriawan, salah satu Anggota
DPRD Solo di talkshow
FIB UNS sedang menyampaikan materi, Kamis (27/4/2023).
(Foto : Vicky)
SOLO - Talkshow
bertema “Anak Muda Sadar Politik” yang
diselenggarakan di FIB UNS pada
Kamis, 27 April 2023 lalu dalam mata kuliah Jurnalistik mendatangkan salah satu
anggota DPRD Kota Solo, yakni Ginda Ferachtriawan.
Menurut Ginda, aksi demo yang dilakukan
oleh anak muda terjadi karena mereka beranggapan semua anggota dewan itu tidak
dapat mewakili rakyat dan tidak kompeten dalam tugasnya. Ginda juga menjelaskan
bahwa DPRD sangat terbuka atas
suara para pendemo, namun kerap kali para pendemo kadang lupa akan tujuan atas
aksi demo mereka.
“Seperti pada demo yang belum lama
terjadi, para mahasiswa sampai menutup jalan sehingga terjadi kemacetan. Mereka
lupa akan tujuan atas demo tersebut. Aspirasi mereka tidak dapat tersampaikan
dengan baik kalau begitu caranya. Kalau seharusnya aspirasi dan suara mereka
dapat dibicarakan secara baik-baik, kenapa harus sampai menutup jalan?” kata Ginda.
Ginda mengingatkan mahasiswa juga
jangan hanya terus menuntut soal haknya untuk bersuara, tetapi malah lupa soal
aspirasi apa yang seharusnya mereka sampaikan.
Ginda agak cemas soal anak muda
yang sekadar ikut-ikutan demo hanya untuk foto-foto atau live
demi konten saja. Tidak sedikit juga dari mereka yang tidak benar-benar tahu
akan masalah apa dan aspirasi seperti apa yang akan mereka demokan.
“Mau sebanyak dan selama apapun
kalian berdemo, silakan. Tapi jangan lupakan, substansi utamanya apa yang mau
disampaikan sebenarnya?” tutur Ginda.
Ginda menilai para mahasiswa ini
sebenarnya tidak perlu turun ke jalan untuk berdemo. Ginda mengatakan dia
sebagai anggota dewan merasa tidak keberatan jika harus diundang untuk
berdiskusi bersama para mahasiswa atau rakyat.
Ginda juga memaparkan betapa
pentingnya politik. Politik sendiri tidak melulu tentang pemerintahan dan
regulasi yang ada, tetapi selalu hadir di kehidupan sehari-hari. Anak muda pada
generasi ini sangat berpotensi terjun di bidang politik. Itulah mengapa anak muda jangan antipolitik dan mesti melek
terhadap politik.
“Contoh paling nyata, ya, pemilu.
2019 lalu, mayoritas pemilih adalah anak muda, tahun 2024 mendatang
diperkirakan sekitar 60% dari pemilih adalah masyarakat di bawah umur 40 tahun.
Jadi anak muda punya peran sangat penting di dunia politik ini,” kata Ginda.
Langkah awalnya adalah mengubah
cara pandang anak muda yang beranggapan bahwa politik adalah sesuatu yang
negatif agar
nantinya, para muda-mudi generasi ini melihat bahwa politik merupakan sesuatu
yang positif.
Sebagai generasi muda, mereka
dapat berpartisipasi ikut mengawasi juga bertindak dalam dunia politik secara
aktif maupun pasif.
Ginda menjelaskan kalau aktif,
anak muda bisa ikut dalam dunia parlemen. Tetapi kalau tidak bisa, bisa cara
pasif.
“Tidak perlu susah turun ke jalan
dan panas-panasan. Kalian cukup ngetweet dan tag saya,” katanya.
Bagi Ginda, parlemen sangat
membutuhkan anak muda yang punya inovasi, mudah untuk berkomunikasi dan
menciptakan tenaga pembaharu karena dunia terus berkembang dengan cepat.
Mengapa anak muda begitu
diharapkan dalam dunia politik, menurut Ginda, nantinya dapat terlahir kebijakan yang
mudah dibentuk dan diwujudkan.
Ginda
Ferachtriawan, salah satu Anggota
DPRD Solo di talkshow
FIB UNS sedang menyampaikan materi, Kamis (27/4/2023).
(Foto : Vicky)
SOLO - Talkshow
bertema “Anak Muda Sadar Politik” yang
diselenggarakan di FIB UNS pada
Kamis, 27 April 2023 lalu dalam mata kuliah Jurnalistik mendatangkan salah satu
anggota DPRD Kota Solo, yakni Ginda Ferachtriawan.
Menurut Ginda, aksi demo yang dilakukan
oleh anak muda terjadi karena mereka beranggapan semua anggota dewan itu tidak
dapat mewakili rakyat dan tidak kompeten dalam tugasnya. Ginda juga menjelaskan
bahwa DPRD sangat terbuka atas
suara para pendemo, namun kerap kali para pendemo kadang lupa akan tujuan atas
aksi demo mereka.
“Seperti pada demo yang belum lama
terjadi, para mahasiswa sampai menutup jalan sehingga terjadi kemacetan. Mereka
lupa akan tujuan atas demo tersebut. Aspirasi mereka tidak dapat tersampaikan
dengan baik kalau begitu caranya. Kalau seharusnya aspirasi dan suara mereka
dapat dibicarakan secara baik-baik, kenapa harus sampai menutup jalan?” kata Ginda.
Ginda mengingatkan mahasiswa juga
jangan hanya terus menuntut soal haknya untuk bersuara, tetapi malah lupa soal
aspirasi apa yang seharusnya mereka sampaikan.
Ginda agak cemas soal anak muda
yang sekadar ikut-ikutan demo hanya untuk foto-foto atau live
demi konten saja. Tidak sedikit juga dari mereka yang tidak benar-benar tahu
akan masalah apa dan aspirasi seperti apa yang akan mereka demokan.
“Mau sebanyak dan selama apapun
kalian berdemo, silakan. Tapi jangan lupakan, substansi utamanya apa yang mau
disampaikan sebenarnya?” tutur Ginda.
Ginda menilai para mahasiswa ini
sebenarnya tidak perlu turun ke jalan untuk berdemo. Ginda mengatakan dia
sebagai anggota dewan merasa tidak keberatan jika harus diundang untuk
berdiskusi bersama para mahasiswa atau rakyat.
Ginda juga memaparkan betapa
pentingnya politik. Politik sendiri tidak melulu tentang pemerintahan dan
regulasi yang ada, tetapi selalu hadir di kehidupan sehari-hari. Anak muda pada
generasi ini sangat berpotensi terjun di bidang politik. Itulah mengapa anak muda jangan antipolitik dan mesti melek
terhadap politik.
“Contoh paling nyata, ya, pemilu.
2019 lalu, mayoritas pemilih adalah anak muda, tahun 2024 mendatang
diperkirakan sekitar 60% dari pemilih adalah masyarakat di bawah umur 40 tahun.
Jadi anak muda punya peran sangat penting di dunia politik ini,” kata Ginda.
Langkah awalnya adalah mengubah
cara pandang anak muda yang beranggapan bahwa politik adalah sesuatu yang
negatif agar
nantinya, para muda-mudi generasi ini melihat bahwa politik merupakan sesuatu
yang positif.
Sebagai generasi muda, mereka
dapat berpartisipasi ikut mengawasi juga bertindak dalam dunia politik secara
aktif maupun pasif.
Ginda menjelaskan kalau aktif,
anak muda bisa ikut dalam dunia parlemen. Tetapi kalau tidak bisa, bisa cara
pasif.
“Tidak perlu susah turun ke jalan
dan panas-panasan. Kalian cukup ngetweet dan tag saya,” katanya.
Bagi Ginda, parlemen sangat
membutuhkan anak muda yang punya inovasi, mudah untuk berkomunikasi dan
menciptakan tenaga pembaharu karena dunia terus berkembang dengan cepat.
Mengapa anak muda begitu
diharapkan dalam dunia politik, menurut Ginda, nantinya dapat terlahir kebijakan yang
mudah dibentuk dan diwujudkan.
Komentar
Posting Komentar